Seperti juga cara komunikasi lain, salam juga sangat dipengaruhi budaya dan situasi dan dapat berubah akibat status dan hubungan sosial. Salam dapat diekspresikan melalui ucapan dan gerakan, atau gabungan dari keduanya. Salam sering, tetapi tidak selalu, diikuti oleh percakapan.
Salam dalam bentuk ucapan adalah berupa kata atau frasa yang bersifat ritual yang digunakan untuk memperkenalkan diri atau untuk menyapa orang lain. Bentuk ucapan salam sangat beragam, diantaranya:
Sapaan saat baru bertemu, seperti: "Halo", "Hai"
Ungkapan perhatian terhadap keadaan seseorang, seperti "Apa kabar?", "Cepat sembuh"
Ucapan selamat yang berkaitan dengan waktu, seperti: "Selamat pagi", "Selamat siang", "Selamat sore", "Selamat malam"
Ucapan selamat berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti: "Selamat ulang tahun", "Selamat hari raya", "Selamat datang", "Selamat jalan"
Salam berkaitan dengan agama, seperti: "Assalamu alaikum" (Islam), "Shalom" (Kristen)
"Namo Buddhaya" (Buddha) "Om Swasti Astu" (Hindu)
Lantas bagaimana dengan ucapan salam agama Katolik? Dilansir dari buku Pendidikan Agama Katolik SD 4 (KTSP), Yenny Suria & Emiria YZ Dakhi, (2008:11), sejatinya, Gereja Katolik Roma adalah Gereja Kristen terbesar di dunia dengan total 1,8 miliar jemaat, lebih dari 1/2 seluruh umat Kekristenan dan 1/4 dari populasi dunia. Maka dari itu, ucapan salam agama Katolik sama dengan ucapan salam agama Kristen Protestan, yakni: Salam Sejahtera atau Shalom Aleichem atau Shalom saja.
Ketiga salam di atas memiliki arti yang sama, yakni: "Damai sejahtera Allah beserta kamu (atau kamu sekalian). "Meskipun ucapan salam secara umumnya sama, tetapi umat Katolik di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah lebih sering menggunakan ucapan salam lain, yakni 'Berkah Dalem'. Kata 'Berkah' bisa diartikan sebagai karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan alias berkat. Kata ini sering digunakan oleh seseorang saat memperoleh hal yang baik.
Sedangkan kata 'Dalem' memiliki 3 makna, yakni:
- Tempat tinggal jika rumah atau bangunannya disebut dengan griya.
- Aku, yang diucapkan saat bertemu orang dengan strata yang lebih tinggi, baik di kantor maupun kawasan kerajaan dan kediaman bangsawan.
- Allah yang tinggal di dalam aku.
Berbeda dengan makna pertama dan kedua yang sudah sering dijumpai, makna ketiga sangat jarang kita jumpai, kecuali saat kita berada di dekat kerajaan Jawa. Di dalam kerajaan Jawa, pegawai kerajaan menyebut di mereka sebagai Abdi Dalem. Sebutan 'Abdi Dalem' ini memang mengacu ke sosok Raja sebagai manusia. Nah, menilik sejarah Kerajaan Mataram, Raja di dalam kerajaan Jawa disebut sebagai utusan Allah.
Jadi, sebutan 'Abdi Dalem' sejatinya memiliki makna bahwa kedamaian Allah senantiasa hadir di dalam diri mereka dan memberkati kehidupan mereka. Maka dari itu, ‘Berkah Dalem’ berarti bahwa berkat dan kedamaian Allah senantiasa ada di dalamku.
Pada suatu masa, umat Katolik di sebuah desa di Jawa Tengah, pernah memakai ucapan salam Deo gratias, yang berarti terima kasih kepada Tuhan.Usai memberlakukannya di berbagai waktu dan tempat, banyak yang bingung bagaimana cara untuk menyatakan sapaan serupa di dalam bahasa Jawa. Hal ini terjadi karena belum adanya sapaan pastoral di dalam bahasa setempat.
Akhirnya, seorang pastor Jesuit di sebuah paroki yang berada di desa itu menciptakan istilah Berkah Dalem, yang perlahan-lahan diterima oleh seluruh umat Katolik di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah dan masih digunakan sampai sekarang.
Jadi, ucapan salam agama Kristen Protestan dan Katolik secara umum adalah Salam Sejahtera atau Shalom Aleichem atau Shalom. Namun, jika kamu sedang mengunjungi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah dan bertemu seorang Kristen Katolik, maka kamu juga bisa mengucapkan Berkah Dalem. Tak masalah mengucapkan yang mana pun, karena maknanya sama, yaitu: damai sejahtera Allah beserta kamu.