Warna ungu merupakan simbol kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri. Itu sebabnya warna ungu dipilih untuk masa adven dan prapaskah. Sebab pada masa itu semua orang kristen dundang untuk bertobat, mawas diri dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun Paskah. Warna ungu juga digunakan untuk keperluan ibadat tobat.
Pada jaman dahulu, liturgi arwah menggunakan warna hitam, kemudian diganti dengan warna ungu, untuk melambangkan penyerahan diri, pertobatan, permohonan belas kasihan dan kerahiman Tuhan atas diri orang yang meningggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman. (Sumber: Buku Liturgi Pengantar Untuk Studi dan Praktis Liturgi, RD Emmanuel Martasudjita).
Dikutip dari laman The Katolik dan luxveritatis7, warna ungu yang dikenakan satu minggu jelang Paskah, berhubungan erat dengan sengsara dan wafat Yesus. Dikisahkan para prajurit memakaikan Yesus jubah ungu dan mahkota dari anyaman duri. Warna ungu disebut juga violet, mengingatkan kita akan bunga violet yang kuntumnya tertunduk ke tanah sebagai simbol kerendahan hati.
Masa Prapaskah adalah masa untuk memperbanyak puasa, doa, dan amal kasih; kita dengan rendah hati menyesali dosa-dosa kita sementara menantikan hidup baru di dalam Kristus yang wafat dan bangkit. Sementara itu, Masa Adven adalah masa penantian akan kelahiran Mesias yang dijanjikan para nabi.
Warna ungu pada Masa Adven sesuai dengan warna semburat fajar sebelum terbitnya matahari; dengan penuh harapan kita menunggu datangnya Sang Timur yang akan menghalau kegelapan dosa.
Terakhir, warna ungu pun sesungguhnya warna kerajaan; pada zaman Yesus, ungu merupakan warna yang mahal karena memerlukan zat warna khusus. Jubah warna ungu seringkali dikenakan oleh raja, atau untuk menyambut raja.
Ungu sebagai warna Liturgi di dalam Perayaan Misa diterapkan pada: busana pastor, misdinar, diakon, prodiakon, petugas misa lain, paduan suara yang mengiringi, pada stola ataupun taplak altar yang menjadi tempat untuk meletakkan bejana-bejana perjamuan.
Warna ungu pada perayaan Liturgi di Gereja Katolik, sudah ditetapkan dalam Ordo Missae oleh Paus Pius VI pada tahun 1969. Untuk dapat mengetahui warna liturgi setiap hari atau minggunya dapat melihat pada panduan dalam kalender liturgi gereja. Oleh sebab itu, warna ungu yang ditetapkan gereja dalam kalender litugi, tidak untuk diperdebatkan atau diubah sendiri.
Apakah umat wajib menyesuaikan busana selama ibadah dengan warna liturgi gereja? Ternyata jawabannya tidak. Dalam Pedoman Umum Misale Romanum 335 disebutkan:
"Gereja adalah tubuh Kristus. Dalam Tubuh itu tidak semua anggota menjalankan tugas yang sama. Dalam perayaan Ekaristi tugas yang berbeda-beda itu dinyatakan lewat busana liturgis yang berbeda-beda. Jadi, busana itu hendaknya menandakan tugas khusus masing-masing pelayan. Di samping itu, busana liturgis juga menambah keindahan perayaan liturgis. Seyogyanya busana liturgis untuk imam, diakon, dan para pelayan awam diberkati."
Sumber:
- cnnindonesia.com
- thekatolik.com