Itu sebabnya, orang Eropa datang ke Indonesia akan merasa aneh ketika melihat dan mendengar bunyi tokek. Bahkan menjadi pengalaman yang membekas seumur hidup. Hal tersebut berhasil dibuktikan oleh Achmad Sunjayadi, pada hasil penelusuran yang bertajuk "The Sound of the Tokkeh and the Tjitjak" (April, 2023).
Menurutnya banyak orang Eropa yang datang ke Indonesia pada masa kolonial Belanda, menaruh perhatian lebih terhadap tokek karena suaranya yang sangat nyaring.
Bukti lainnya terdapat pada sebuah catatan perjalanan yang dibuat oleh seorang wisatawan Belanda yang Bernama Justus van Maurik. Ia mendengar bunyi tokek untuk pertama kalinya ketika tinggal sementara di Priangan, Jawa Barat. Menurutnya, bunyi tokek yang berpadu dengan suara jangkrik di malam hari, berhasil menciptakan melodi yang luar biasa indah. Ibarat sebuah pagelaran konser orkestra yang membuat takjub.
Kesan yang sama juga dirasakan oleh wisatawan lain bernama Elout yang datang ke Indonesia di tahun 1946. Saat pertama kali mendengar bunyi tokek, ia sangat takjub sekaligus takut. Bagaimana tidak, karena ia hanya bisa mendengar suaranya, tanpa tau wujudnya seperti apa. Hampir setiap malam, bunyi tokek menemani dirinya saat merasa sepi di tengah keheningan malam hari. Lambat laun ia pun menjadi terbiasa, dan pada akhirnya bunyi tokek yang tadinya menakutkan berubah menjadi alunan nada yang merdu mendayu-dayu.
Penelusuran Achmad Sunjayadi serta pengalaman dari Maurik dan Elout, menjadi bukti bahwa bagi orang Eropa, bunyi tokek menjadi kenangan Indah saat berkunjung ke Indonesia. Bukan suara menakutkan seperti yang dianggap oleh Sebagian masyarakat di Indonesia.
Baca juga: Benarkah Suara Tokek 8 Kali Adalah Pertanda Buruk?