Untuk makanan khas hari raya Paskah , salah satu contohnya adalah Hot Cross Bun. Disebut Hot Cross Bun karena roti ini pada bagian atasnya dicetak lambang salib. Hot Cross Bun mudah didapatkan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, meski namanya bukan Hot Cross Bun.
Sebagai bagian dari jenis roti manis, Hot Cross Bun juga menggunakan isian didalamnya, umumnya berupa kismis. Namun di Australia dan Selandia Baru, walaupun menggunakan adonan yang sama, isian yang paling populer adalah cokelat atau kopi atau cokelat chip. Ada juga Hot Cross Bun dengan taburan buah, kurma atau caramel, begitu juga roti bun mini cokelat dan tradisional.
Hot Cross Bun sebenarnya lekat dengan tradisi Paskah di Inggris. Konon, sejarah hot cross bun memang berasal dari St Albans Inggris, tempat dimana Brother Thomas Rocliffe, seorang biarawan pada abad ke 14 masehi di St Albans Abbey, mengembangkan sebuah resep serupa yang disebut dengan nama "Alban Bun". Dan pada tahun 1361, Hot cross bun sudah didistribusikan kepada masyarakat kurang mampu di sekitarnya, pada saat Jumat Agung.
Ada beberapa cerita rakyat inggris, tentang Hot cross bun yaitu:
- Hot Cross Bun yang dibuat dan disajikan pada saat Jumat Agung tidak akan rusak maupun berjamur sampai tahun berikutnya.
- Apabila Hot Cross Bun digantung di dapur maka dipercaya mampu melindungi rumah dari kebakaran serta menjadikan Hot Cross Bunmatang dengan sempurna.
- Hot cross bun yang disajikan atau diberikan kepada mereka yang sakit, akan membawa kesembuhan
- Jika Hot Cross Bun dibawa serta saat melakukan perjalanan laut, bisa menghindarkan diri dari kecelakaan kapal.
- Setiap bagian dari hot cross bun memiliki makna simbolisnya tersendiri, cross atau tanda silang di bagian atas merupakan simbolisme dari penyaliban Yesus. Sementara rempah-rempah yang digunakan dalam adonan merupakan perlambang rempah-rempah yang digunakan membalsem pada proses penguburanNya.
Namun ada juga cerita uniknya, pada tahun 1592 selama masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, penjualan Hot Cross Bun dan roti rempah sejenisnya dilarang kecuali saat pemakaman, Jumat Agung dan Natal. Jika ada yang melanggar aturan ini maka seluruh roti yang dibuat harus diserahkan kepada kaum miskin.
Usaha lebih keras untuk menekan penjualan roti sejenis ini terjadi pada masa pemerintahan James I of England/James VI of Scotland (1603-1625). Alhasil hot cross bun hanya dibuat untuk konsumsi pribadi di dapur-dapur rumahan.
Bukti keberadaan Hot Cross Bun dapat juga dilihat pada rekaman lagu yang diterbitkan di “Christmas Box” London, 1798. Namun, lagu itu muncul lebih awal sebagai teriakan jalanan. The "Poor Robin's Almanack for 1733" dengan lirik berikut: “Jumat Agung datang bulan ini, wanita tua itu lari. Dengan membawa satu atau dua buah hot cross bun seharga satu sen” Namun apapun ceritanya, Hot Cross Bun sampai sat ini masih disajikan di beberapa negara, pada saat hari Jumat Agung menjelang Paskah.