Konon, jaranan erat kaitannya dengan unsur magis, melalui sebuah tarian yang membawa penarinya mengalami kesurupan dan melakukan aksi yang berbahaya. Tarian tersebut dimainkan oleh 4 orang penari atau lebih, yang menggunakan peralatan berupa kuda dari anyaman bambu serta pakaian seperti prajurit, dengan membawa pecut dan barongan.
Sebagai pengiring tari, dimainkan musik yang menggunakan kendang, gamelan, kenong, dan gong yang terbuat dari besi serta terompet. Trian yang dilakukan oleh pata pemain jaranan akan mengikuti pola atau ritme iramanya.
Ketika ritme tersebut telah mencapai pada puncaknya, penari akan mulai mengalami kesurupan, hingga dapat melakukan atraksi berbahaya, seperti memakan bunga, memakan pecahan kaca atau beling, bahkan berjalan di atasnya.
Lagu pada kesenian Jaranan elemen penting untuk mendukung pertunjukkan. Lagu yang biasa dinyanyikan pada kesenian ini adalah lagu atau tembang jawa yang bernuansa religi.
Dikutip dari skripsi milik Pety Novita Ekasari yang berjudul Kesenian Jaranan di Kelurahan Banjaran Kediri, arti lagu jaranan biasanya mengandung nilai-nilai keagamaan, serta makna sebagaimana moral yang telah disampaikan oleh agama.
Tidak hanya tentang agama, lagu-lagu dalam kesenian jaranan juga memiliki makna yang beragam, sesuai dengan tujuan penciptaannya. Misalnya tentang amanah untuk menghormati dan saling menghargai sesama umat manusia, atau tentang sebuah filosofi hidup.
Sederhananya, meskipun atraksi yang ditampilkan oleh penari terkesan sangat berbahaya, jaranan memiliki lagu-lagu yang mempunyai makna dalam setiap nyanyiannya, sehingga diharapkan mampu memberikan nilai-nilai kehidupan bagi para penikmat keseniannya.