Jika ada yang berbeda dan tidak berakhiran huruf "a", tetap menggunakan tiga suku kata, contohnya orkes Kendedes.
Selain pola diatas, ada pakem lain yang tak kalah populer yaitu menggunakan embel-embel “New” di depannya. Biasanya digunakan oleh grup dangdut yang melakukan pembaharuan, karena selama jangka waktu tertentu pernah tidak aktif.
Lantas, kenapa hampir semua orkes dangdut menggunakan formula tersebut?
Kemungkinan besar ada hubungannya dengan Soneta, group dangdut yang begitu populer dan digandrungi semua kalangan. Orkes yang dibentuk pada 11 Desember 1970 memang terkenal ke seantero negeri, dan tentu saja mengilhami banyak pemusik dangdut lainnya.
Sebut saja orkes dangdut Monata group yang terang-terangan memelencengkan nama Soneta Group untuk orkes mereka. Salah satu penyanyinya adalah Sodiq Rifa'i atau yang lebih dikenal dengan nama populer Sodiq Monata atau Cak Sodik New Monata.
Sodiq mengawali karier dengan merilis album bersama Monata Group. Kemudian diawal tahun 2017 Sodiq Monata bekerjasama dengan PT Pancal Records Indonesia membuat proyek Album Monata Goyang Reggae bersama Ratna Antika dan Nella Kharisma kemudian musik aransemennya dibuat oleh Mas Pancal.
Namun pada tahun 2018, terdapat kekacauan di grup Monata, maka dari itu dibentuklah grup musik baru yaitu New Monata. Uniknya, grup musik sebelumnya, yang pernah diikuti oleh Sodiq ternyata berakhiran huruf "a" juga, yaitu New Pallapa.
Kemudian ada pula Sonata, yang meski tidak secara tegas mengakui sebagai plesetan dari Soneta. Lantas karena para penggemar dangdut sudah terbiasa dengan nama orkes yang terdiri dari tiga suku kata maupun yang berakhiran dengan huruf "a", akhirnya hampir semua orkes dangdut mengikuti pola tersebut.
Meski ada beberapa yang mencoba berkreasi dengan memberikan nama yang mengandung makna filosofis, agar tidak dikatakan mencontek. Sebut saja Sera, yang merupakan kepanjangan dari Selera Rakyat, yang menunjukkan bahwa mereka menyajikan musik-musik yang menjadi kegemaran masyarakat.
Kemudian ada orkes yang diberi nama Sagita, yang konon katanya berasal dari nama yang populer untuk anak perempuan. Melambangkan seorang wanita yang pesona, berkarisma, glamor, selalu menjadi pusat perhatian. serta pekerja keras.
Sedangkan menurut studi numerologi, Sagita memiliki arti sebuah kepribadian yang ekspresif, mudah berbicara, bersosialisasi, dan menyukai seni serta menikmati hidup.
Entah karena pengaruh nama atau karena kreatifitasnya, orkes ini memang tampak menonjol dengan memadupadankan dangdut koplo dengan kesenian jaranan.
POLA NAMA GRUP DANGDUT KOPLO MODERN
Berbeda dengan pola nama pada orkes dangdut melayu, grup dangdut koplo modern memiliki nama yang lebih bervariasi. Kemungkinan besar karena pasarnya memang berbeda. Penggemar grup dangdut koplo modern sebagian besar adalah anak muda yang labil namun enerjik. Oleh sebab itu nama grup dangdut koplo modern harus mencerminkan sifat-sifat penggemarnya.
Sebut saja grup NDX A.K.A. nama yang terkesan futuristik. Padahal hanya singkatan dari nama salah satu personelnya yaitu Nanda Extreme.
Selain NDX A.K.A, ada juga Feel Koplo. Dari namanya, seperti bentuk akulturasi dari budaya kuno dan modern. Antara budaya barat dan timur. Plesetan sempurna untuk pil koplo, setelah “pil” diganti menjadi “feel”, konotasinya jauh dari kesan negatif, menjadi “Rasakan Koplonya!”.
Akulturasi tidak hanya juga pada nama grupnya, melainkan musik-musik mereka. Feel Koplo memang terkenal kreatif, mereka me -remix beberapa lagu pop yang top dari Indonesia hingga mancanegara, menjadi kekoplo-koploan.
Salah satu yang paling fenomenal adalah lagu Boy Pablo yang berjudul “Everytime". Versi aslinya tergolong lagu syahdu, kemudian diubah total menjadi musik yang cocok untuk senam pagi.
Kini, nama grup dangdut ada juga yang terinspirasi dari nama hewan untuk menarik penggemarnya.
Demikian penjelasan singkat tentang Pola Nama Grup Dangdut berdasarkan hasil cocokologi dan tentu saja tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.....hehehe.
Kira-kira, jika membuat grup dangdut baru, nama apa yang akan anda sematkan?