Pok-kopok konon kabrnya adalah makhluk pesugihan yang hadir di rumah-rumah untuk menguras harta pemiliknya. Harta, tentu saja bukan hanya dalam bentuk uang, melainkan juga makanan pokok semisal jagung dan padi. Pok-kopok bahkan membawa apa saja untuk dipersembahkan kepada tuannya.
Secara bentuk, Pok-kopok konon sangat mirip dengan kelelawar. Bahkan ada yang meyakini itu adalah kelelawar albino yang pernah ditemukan di Pulau Mindaro, Filipina. Berbeda dari warna umumnya kelelawar, ia berwarna oranye agak kecokelatan. Pada kenyataannya, kelelawar jenis tersebut terdapat juga di Australia. Seperti dikutip dari Australianfauna.com, kelelawar oranye ini banyak ditemukan di kawasan Northern Territory yang jumlahnya mencapai ribuan ekor.
Namun informasi soal kelelawar ini amat terbatas. Kelelawar ini selalu pindah kala manusia datang atau menjamah sarangnya. Kelelawar ini senang bersarang di gua dan cerukan pohon. Mereka suka di tempat yang lembab.
Mirip dengan persepsi masyarakat Madura, yang menganggap Pok-kopok memiliki postur mirip seperti kelelawar yang memiliki kuping yang bisa menampung dua gantang jagung atau padi. Masing-masing kuping memuat satu gantang. Persepsi ini tentu saja ditolak oleh akal. Mana mungkin makhluk yang mungil bisa menampung sesuatu yang besar.
Namun, apa boleh buat, makhluk aneh macam Pok-kopok memang berada di luar logika berpikir manusia. Ia hadir sebagai makhluk halus, namun bisa menjelma menjadi hewan yang bisa dikenali oleh panca indera manusia. Bahkan, ia bisa ditangkap dengan menggunakan sapu lidi dimana orang yang mau menangkapnya harus dalam kondisi telanjang.
Entah apa alasan mereka mensyaratkan seperti itu. Hal-hal macam begini kadang memang tak butuh alasan, apalagi yang masuk akal. Biasanya, orang yang berhasil menangkap makhluk tersebut akan langsung membakarnya. Dengan cara demikian pok-kopok bisa mati. Diyakini pula, kalau sudah mati, akan ada seseorang yang datang. Tak lain ia adalah tuan si Pok-kopok. Orang tersebut akan meminta air kepada pembakar Pok-kopoknya. Kalau si pembakar berbaik hati memberikan minuman kepada orang tersebut, maka Pok-kopok itu akan hidup kembali.
Namun pada kasus Pok-kopok di kota Sumenep, ceritanya berbeda. Berdasarkan penuturan Sumiyati, penangkapan Pok-kopok berawal dari kebiasaannya membakar dupa pada malam Jumat manis (legi). Beberapa saat sesudahnya, Sumiyati mendengar suara aneh. Penasaran dengan suara tersebut, Sumiyati segera mencari sumber suara tersebut, yang ternyata berasal dari kaca depan rumahnya. Setelah didekati, di kaca tersebut menempel seekor hewan mirip kelelawar, yang secara tiba-tiba berubah menjadi cecak dan langsung menghilang.
Ia kemudian memanggil anggota keluarga yang lain, untuk membantu mencarinya. Dan berhasil menemukannya ada di pojok ruang tamu, tepat dibawah kursi. Yang membuat Sumiyati heran, hewan tersebut telah kembali ke wujudnya semula yaitu kelelawar. Menyadari keanehan yang terjadi, Sumiyati langsung menangkap dan meyimpannya didalam wadah kaca agar dapat diamati dengan lebih teliti. Ternyata bentuknya sangat mencurigakan, sebab ciri-ciri yang terdapat pada hewan tersebut tidak mirip kelelawar.
Wajahnya mirip babi, kemudian tidak bersayap, jemari tangan dan kaki ada lima dan berekor. Oleh sebab itu, Sumiyati memutuskan untuk mengamankannya terlebih dahulu, sampai ada orang yang mencarinya. Namun, jika sampai mati tidak ada yang mencari, maka akan dibuang. Berita tentang tertangkapnya hewan yang diduga sebagai Pok-kopok tersebut, oleh warga setempat disambut dengan kegembiraan. Sebab, menurut Sumiyati, akhir-akhir ini tetangganya sering mengeluh uangnya hilang. Ada yang hilang 50 ribu, bahkan ada yang kehilangan sampai 900 ribu.
Padahal, berdasarkan cerita yang beredar di kalangan masyarakat, ada mantra yang ketika diucapkan, dapat mengusir Pok-kopok agar tidak mengambil harta yang berada di dalam rumah. Mantra yang berbunyi : “pok-kopok taeh”, yang dalam bahasa Indonesia berarti “pok-kopok tahi” ini harus diulang berkali-kali hingga bunyi Pok, pok, pok hilang dari pendengaran. Barulah pada saat itu Pok-kopok akan pergi dari rumah