Bagi sebagian orang, berkebun tanaman hias adalah kegiatan yang mengasyikkan. Merawat tanaman mulai dari biji hingga tumbuh besar, membawa kebahagiaan tersendiri, tidak terkecuali bagi Agung Sumedi pemilik Clarisa Flora.
Uniknya, pendidikan yang telah ditempuh tidak ada hubungannya dengan tanaman hias. Penggemar olah raga bersepeda dan mendaki gunung ini adalah Alumni Teknik Mesin tahun 1988 dari Politeknik ATMI, yang sebelumnya bernama: Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Surakarta.
Setelah lulus kuliah pada tahun 1988 Agung Sumedi malah memilih pekerjaan sebagai instruktur di kampusnya, sampai tahun 1993. Baru kemudian berkarir di sebuah Perusahaan Modal Asing, hingga mengajukan pensiun dini pada tahun 2003. Tak lama kemudian, Agung Sumedi berpartner dengan seorang pengusaha Korea untuk mendirikan sebuah usaha pakaian.
Pada tahun 2007, Agung Sumedi kembali bekerja dibidang yang sesuai dengan pendidikannya yaitu sebagai tenaga ahli plastic moulding injection machine, yang dijalani hingga 2015 di Kota Bogor. Disela-sela kesibukannya, ia mulai berkutat dengan media tanam, menyiapkan bibit dan merawat tanaman hias.
Pekerjaan berikutnya, menuntut Agung Sumedi menetap sementara di Kota Surakarta, namuan demikian hobinya tak pernah surut bahkan semakin menjadi. Bagi pria paruh baya ini, berkebun tanaman hias adalah pelariannya untuk menghilangkan kepenatan dan rutinitas pekerjaan.
SUKA DUKA HOBI BERKEBUN TANAMAN HIAS
Menurutnya, tanaman hias adalah kegiatan menyenangkan yang bisa dilakukan ketika ia pensiun dari pekerjaannya, karena itu harus disiapkan dengan baik. Cinta pertama pada tanaman hias dilabuhkan pada jenis Sansevieria. Alasannya, Sansevieria adalah tanaman yang sangat cantik, bentuknya beragam, variasi warnanya banyak, dan perawatannya relatif mudah. Sansevieria juga dapat menghasilkan jenis yang berbeda dengan induknya karena mutasi, tanpa perlu disilangkan.
Setelah sukses membudidayakan Sanseviera, Agung Sumedi mulai merambah ke tanaman hias jenis lain seperti Cactus dan Anthurium. Sebagai bukti kecintaannya, ia rela berkeliling ke berbagai wilayah dan mengeluarkan dana yang cukup besar untuk bisa mendapatkan tanaman yang diincarnya.
Namun yang namanya keinginan tak selalu bisa menjadi kenyataan. Ketika Agung Sumedi membeli indukan Sansevieria seharga 10 juta, ia harus menerima kenyataan bahwa tanaman itu tidak tahan dengan perlakuan yang diterapkan, termasuk kesalahan memilih media tanam yang digunakan. Apa mau dikata, tanamannya perlahan tampak layu, mulai menguning dan akhirnya mati.
Kejadian tersebut berulang pada tanaman Cactus yang dibeli dari Surabaya. Perbedaan iklim dengan Kota Bogor yang relatif 'basah' menyebabkan semua Cactus harus menemui ajalnya. Sedangkan untuk jenis Anthurium, kerugian disebabkan oleh momen yang kurang tepat. Bibit Anthurium yang dibeli dengan harga cukup mahal untuk dikembangbiakkan, baru memunculkan pesonanya saat 'demam' Anthurium sudah berakhir. Sia-sia sudah investasi yang ditanamkan dengan tujuan mendapatkan untung berlipat.
DARI HOBI JADI PROFESI
Keputusannya untuk meningkatkan hobi menjadi profesi berawal dari 'teguran' sahabatnya, yang menyayangkan berbagai pilihan jenis tanaman yang 'biasa-biasa saja’. Padahal tenaga, waktu dan biaya yang dikeluarkan bisa menjadi investasi yang menguntungkan jika tepat memilih jenis tanaman. Sejak saat itu, Agung Sumedi mengganti koleksinya dengan tanaman-tanaman langka dan eksotis.
Semuanya terbukti, saat Pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dibuat untuk mencegah penyebaran virus corona di Indonesia. Dalam sekejap, terjadi 'booming' hobi tanaman hias sebagai salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat harus Work From Home (WFH).
Ia yang telah memiliki stok tanaman hias ekslusif, seperti mendapat durian runtuh. Berbagai jenis tanaman koleksinya terjual dengan harga yang sangat tinggi. Momen inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk mengembangkan hobi berkebun tanaman hias menjadi sebuah bisnis yang dikelola secara profesional, menggunakan nama 'Clarisa Flora".
Untuk mengembangkan pengetahuan tentang tanaman hias, Agung Sumedi juga rajin mengunjungi berbagai pameran dan mengikuti berbagai ajang perlombaan dengan hasil yang sangat memuaskan. Tanaman hias yang dirawatnya seringkali mendapat penghargaan yang tentunya semakin memicu semangatnya agar bisa menjadi lebih baik lagi.
BERBAGI ADALAH BENTUK LAIN DARI RASA BERSYUKUR, BERBAGILAH DENGAN SESAMA TANPA MENGHARAPKAN APAPUN
Kata-kata diatas adalah sebuah slogan yang dipegang oleh Agung Sumedi. Seolah tak ingin menikmati keuntungannya sendiri, ia pun menularkan hobi yang menghasilkan ini kepada lingkungannya. Dengan ikhlas ia pun mengajarkan cara membuat media tanam, membibitkan hingga menginformasikan jenis-jenis tanaman yang sedang banyak peminatnya.
Dibawah manajemen Clarisa Flora ia pun rutin menyelenggarakan pelatihan untuk umum dengan biaya yang sangat terjangkau.. Tujuannya agar para ibu rumahtangga dan penghobi pemula bisa mendapatkan penghasilan dari penjualan tanaman hias.
Tidak hanya itu, ia memiliki sebuah obsesi yang layak diapresiasi yaitu 'Menjadikan Tanaman Asli Indonesia Mendunia'.
Tak bisa dipungkiri, Indonesia terdiri atas lebih dari 17.000 pulau, dan terletak di zona transisi antara beberapa kawasan habitat flora dan fauna terbesar di dunia, yang menjadi rumah bagi spesies tanaman endemik yang mencakup lebih dari 40.000 spesies tanaman berbunga dan 5.000 spesies anggrek.
Jika para pelaku usaha tanaman hias bisa Bersatu untuk mengembangkan dan memasarkannya ke mancanegara, tidak mustahil hal itu bisa terjadi.
Obsesi yang luar biasa!
Baca juga: "Rela Lepas Jabatan Manajer, Pria Ini Sukses Bisnis Tanaman Hias"