Gua Maria Pelinggih Ida Kaniaka Maria, "Lourdes" Umat Katolik di Paroki Palasari Bali

Palinggih Ida Kaniaka Maria dalam bahasa Indonesia memiliki arti "tempat suci bagi Bunda Maria". Gua Maria ini dibangun pertama kali pada tahun 1962 di Banjar Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Oleh sebab itu dikenal dengan nama Gua Maria Palasari. Jaraknya dari Denpasar sekitar 115 km, butuh sekitar 3 jam berkendara menuju ke arah Bali Barat tanpa macet. Sedangkan jarak dari pelabuhan Gilimanuk sekitar 22 km, dari kota Negara 21 km menuju ke arah Barat. 

Gua Maria Palasari, oleh umat di paroki Palasari sering disebut Lourdes. Termasuk gua maria tertua di Bali dan cikal bakal dari tempat-tempat ziarah di Bali berikutnya. Di Kabupaten Jembrana selain di Palasari ada juga Goa Maria di desa Gumbrih, kemudian di wilayah Tabanan ada Bunda Karmel Bedugul dan Selabih, lagi satu di yeh Sanih yang dikenal dengan nama Gomas atau Goa Maria Air Sanih.

Sejak tahun 2000, Palinggih Ida Kaniaka Maria Palasari banyak dikunjungi peziarah local, domestik, dan mancanegara. Pastor Paroki pada saat itu yaitu Rm. Laurensius  Maryono. Pr, merasa terpanggil untuk mengadakan renovasi atau pemugaran Gua Maria, dengan menambahkan  areal khusus Jalan Salib yang bisa digunakan oleh para peziarah yang ingin berdoa.

Pada tanggal 15 September 2008, yang Mulia Mgr. Leopoldo Girelli yang merupakan Duta Besar Vatikan mengadakan upacara pemberkatan area Palinggih Ida Kaniaka Maria ini.

Mayoritas penduduk pulau Bali memang beragama Hindu, tetapi di dusun Palasari Jembrana ini mayoritas penduduknya beragama Katolik. Uniknya, mereka tetap memegang adat-istiadat dari budaya lokal. Seperti mengenakan pakaian adat Bali pada saat beribadah. Dan dalam setiap perayaan Katolik mereka juga memasang penjor yang biasanya identik dengan hari perayaan agama Hindu.

Nama-nama penduduk setempat juga menggunakan embel-embel nama Wayan, Nengah, Nyoman dan Ketut sesuai nama-nama orang Bali pada umumnya, bukan nama-nama Baptis.  Musik pengiring misa juga terkadang menggunakan gamelan tradisional Bali. Termasuk juga bangunan Gereja di Palasari yang memasukkan  ornamen-ornamen khas Bali. Sebuah akulturasi budaya yang cukup menarik. 

Begitu juga dengan Gua Maria Palasari, desain pintu gerbangnya sangat indah, dihiasi beberapa patung malaikat berukuran  kecil. Lalu disambut patung Pastor Simon Buis SVD yang wafat 1960 di Belanda. Ia adalah pastor paroki pertama Palasari pada 1940-1950. Setelah itu gereja mulai dibangun pada 1955 dan selesai pada 1958.

Setelah melewati pintu gerbang, terdapat area jalan salib panjang, dengan cerita bergambar seperti relief dalam beberapa potongan yaitu ketika Yesus dijatuhi hukuman mati, memanggul salib, jatuh pertama, berjumpa ibunya, Veronica mengusapi wajah yesus, disalib, dan dimakamkan.

Di bagian ujung jalan salib panjang inilah, terdapat  Goa Maria dengan patungnya yang indah dan meneduhkan. Gemericik air dari goa, wadah-wadah lilin bagi peziarah, dan pepohonan rindang menambah keheningan dan kesejukan. Area ini didesain dengan gaya natural, mengutamakan pemandangan hijau. Di kejauhan terlihat bebukitan lokasi persawahan yang dikunjungi sebelumnya. Tidak ada loket atau tiket masuk.

Hingga saat ini, Gua Maria Palasari, merupakan sarana untuk memanjatkan doa kepada Bapa di Surga melalui Bunda Maria.  Sudah banyak pula mujizat yang terjadi disana, baik yang dialami oleh umat Katolik, maupun dari warga non Katolik yang percaya adanya kesembuhan. 

Bagi Anda yang ingin berziarah langsung ke Gua Maria ‘Palinggih Ida Kaniaka Maria’ Palasari Anda bisa langsung ke Gua Maria yang terletak di Banjar Palasari, yaitu di jalan Gilimanuk – Denpasar, sekitar 15 KM dari kota Negara. Untuk mendapatkan informasi,bisa menghubungi  Pastor Paroki Palasari. Termasuk untuk pengunjung yang membawa rombongan dan  ingin menginap atau bermalam di rumah penduduk sekitar atau di panti asuhan Maria Goreti, yang tempatnya tak jauh dari Gereja Hati Kudus Yesus Palasari dan Gua Maria.

Sepanjang perjalan menuju tempat ziarah Gua Maria ‘Palinggih Ida Kaniaka Maria’ Palasari, Anda akan langsung menikmati pemandangan desa Ekasari yang nyaman, asri, dan masih sejuk, karena hampir sebagian wilayah desa Ekasari masih ditumbuhi pepohonan hutan.

Di dekat Gua Maria ini juga terdapat objek wisata lainnya yang bisa Anda kunjungi seperti Gereja Palasari, Bendungan Palasari, Pantai Candikusuma, dan lainnya. Di pinggir pantai Candikusuma ini terdapat rumah makan lesehan seafood dan Hotel yang bisa Anda gunakan untuk menginap

Dilihat 1232 kali Terakhir diedit pada Senin, 07 Maret 2022 17:01