Keberadaan Cawan Suci Yang Digunakan Yesus Kristus Saat Perjamuan Terakhir

Cawan Suci (bahasa Inggris: Holy Grail) merujuk kepada cawan yang dipakai Yesus sebelum kematian-Nya. Kisah tentang Cawan Suci seringkali muncul dalam berbagai karya sastra sebelum abad pertengahan. Istilah cawan suci juga didapat dari perkamen yang menyebut-nyebut kata San Graal dari kata sangraal. Ada kemungkinan kata San Graal berasal dari pemecahan kata sangraal adalah salah, yang benar adalah Sang Raal, yang artinya "Darah Suci", merujuk kepada darah keturunan dari Yesus Kristus.

Adanya suatu "Cawan", tanpa atribut "Suci", pertama kali muncul dalam buku roman Perceval, le Conte du Graal (Kisah suatu Cawan) karya Chrétien de Troyes, yang sumbernya berasal dari buku yang diberikan kepadanya oleh Count Philip of Flanders. Dalam buku roman yang belum selesai ditulis itu, "Piala" itu adalah suatu cawan yang digunakan untuk menyajikan hidangan pada pesta.

Meskipun tulisan Chrétien de Troyes dianggap sebagai teks tertua dan paling berpengaruh dari semua karya mengenai "Cawan Suci",  tulisan Robert de Boron adalah yang paling dikenal oleh pembaca modern.

Dalam roman sajak Joseph d'Arimathie, yang digubah antara tahun 1191 dan 1202, Robert de Boron mengisahkan bagaimana Yusuf dari Arimatea memperoleh cawan yang digunakan oleh Yesus Kristus dalam Perjamuan Terakhir dan kemudian digunakannya untuk menampung darah Kristus yang tercurah ketika jazad-Nya diturunkan dari kayu salib.

Yusuf dari Arimatea kemudian dimasukkan ke dalam penjara, di mana Yesus Kristus kemudian mengunjunginya dan menjelaskan misteri piala yang diberkati itu. Setelah dilepaskan dari penjara, Yusuf mengumpulkan keluarganya serta para pengikutnya untuk berangkat ke barat dan mendirikan barisan penjaga Piala Suci.

Kendati ada ratusan klaim keberadaan Cawan Suci, Katedral Valencia Santo Caliz dari Spanyol selalu menempati urutan teratas. Katedral Valencia memang mempesona. Ketika masuk ke dalamnya, anda akan disambut oleh suara nyanyian Gregorian yang bergema di langit-langit yang berkubah. Seperangkat tangga kecil untuk naik ke altar, tertutup rapi oleh setengah kubah yang dihiasi oleh patung-patung dan lukisan-lukisan yang menggambarkan kisah para malaikat dan para rasul.

Di sebuah ruangan kecil (kapel) yang terletak tepat di sampingnya, di dalam kaca yang terletak persis di luar altar, terdapat sebuah piala, berdiri diatas alas yang diterangi sinar keemasan. Inilah piala yang dulu digunakan oleh Yesus Kristus selama Perjamuan Terakhir, lebih dikenal sebagai The Holy Grail atau Cawan Suci.

Dengan dua pegangan besar terbuat dari emas dan dasar yang dihiasi mutiara, zamrud dan rubi, sebenarnya sulit dipercaya. Bentuk Cawan Suci itu seharusnya sederhana, buatan seorang tukang kayu.

Menurut  seorang petugas yang menjaganya, Cawan Suci yang aali hanyalah bagian atasnya saja. Pegangan dan ornamen lainnya ditambahkan pada abad pertengahan, seiring dengan  kisah-kisah epik Raja Arthur dan para ksatrianya. Setelah Raja Arthur, kisah Cawan Suci terus berlanjut hingga layar perak Indiana Jones, menjadi salah satu harta yang paling dicari umat manusia, suatu peninggalan misterius yang melintasi batas antara fantasi dan kenyataan.

Sesuatu yang masuk akal, jika Piala ini kemudian dipuja dan karenanya harus diselamatkan oleh para pengikutnya. Sebuah piala ajaib yang mampu memberikan kehidupan yang kekal, walaupun tidak pernah disebutkan dalam Alkitab. Hal itu itu adalah konvensi dalam legenda pada masa Raja Arthur, ditulis oleh orang-orang seperti Chrétien de Troyes and Robert de Boron, dua orang penyair Prancis yang sangat membentuk perkembangan ilmu pengetahuan kaum Arthurian pada abad ke 12 dan 13 Masehi.

Penyebutan piala secara tertulis, ada dalam de Troyes' Perceval, di mana benda itu tidak hanya dideskripsikan sebagia piala, tetapi juga sebagai piring saji, mungkin seperti guci ajaib dari mitos bangsa Celtic.

Saat ini ada lebih dari 200 penggugat di Eropa , semuanya berlomba-lomba mengklaim keberadaan Cawan Suci, dengan beragam teori. Namun dari semuanya,  piala dari Valencia hampir selalu berada di posisi teratas. Benda itu berhasil menarik para peziarah dari seluruh dunia, bahkan digunakan untuk kegiatan upacara oleh Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benedict XVI.

Sama seperti semua cerita tentang para penggugat cawan itu, kisahnya berbelit-belit. Seorang petugas katedral bahkan dapat menjelaskan dengan mudah tentang bagaimana cawan itu pertama kali melakukan perjalanan keluar dari Yerusalem, sekitar 2.000 tahun yang lalu.

Menurutnya, Santo Petrus, Paus pertama, yang membawa piala itu ke Roma. Pada masa itu Paus merupakan satu-satunya orang yang dapat memberikan misa, jadi Santo Petrus dan para paus lainnya menggunakan cawan itu untuk Ekaristi, mengingat itu bahwa benda tersebut pernah digunakan oleh Yesus Kristus.

Kemudian, ketika Kekaisaran Valerian mulai memperkusi orang-orang Kristen (dari tahun 257 Masehi), piala itu dikirim ke Huesca, Spanyol, karena sudah tidak aman lagi di Roma. Seharusnya menetap di Huesca untuk beberapa ratus tahun, sebelum pindah lagi selama pendudukan Dinasti Umayah di abad ke 8. Piala itu kemudian disimpan di biara yang terletak di sisi tebing San Juan de la Peña di utara Spanyol karena takut dijarah.

Memang, kisah seribu tahun pertama perjalanan piala itu di luar kemampuan siapapun untuk memverifikasinya. Catatan-catatan yang lebih terpercaya tentang piala ini muncul di tahun 1399, ketika menjadi bagian dari peninggalan Raja Martin dari kerajaan Aragon.

Menurut catatan tersebut, setelah Alfonso the Magnanimous bertahta di tahun 1416, peninggalan itu dipindahkan ke Valencia dan kemudian diberikan ke katedral sebagai pembayaran hutang. Meski piala itu beberapa kali dibawa diam-diam dan dijadikan penyemangat perang, benda itu kembali ke Katedral Valencia pada tahun 1939, kali ini untuk selamanya.

Detil utama yang membedakan piala Valencia adalah gaya dan ukiran batu akik. Menurut arkeolog Spanyol, Antonio Beltrán, yang mempelajari piala itu pada tahun 1960. Gaya dan ukiran batu akik tersebut mengindikasikan pekerjaan khas bengkel di Timur Tengah di antara abad ke 2 SM hingga abad ke 1 M

Meskipun jauh dari bukti definitif, penilaian arkeologi menunjukkan bahwa piala ini sesuai dengan catatan-catatan setidaknya secara geografis dan kronologis.

Di tahun 2014, dua orang sejarawan mempublikasikan Kings of the Grail, sebuah buku yang mereka klaim tentang penemuan cawan yang asli di Basilica of San Isidoro dari León di Spanyol utara. Kedua orang itu mengutip dua manuskrip Mesir kuno yang baru ditemukan sebagai sumber penemuan mereka. Sama halnya dengan piala Valencia, penggugat baru ini memiliki sejarah terperinci di belakangnya, dan secara ilmiah tercatat dengan jangka waktu yang tepat.

Terlepas dari cerita yang menyertainya, keajaiban yang sebenarnya dari Cawan Suci itu adalah tidak pernah ditemukan. Piala itu bukanlah harta karunnya, melainkan  cerita yang menyertainya sepanjang waktu. Klaim baru terus bermunculan, misteri itu akan bertahan. Legenda itu akan tetap hidup dan pencarian Cawan Suci akan terus berlanjut.

Sumber:

  1. Wikipedia
  2. Bbc.com
Dilihat 1199 kali Terakhir diedit pada Sabtu, 19 Maret 2022 08:05