Pemberkatan Satwa Dalam Tradisi Gereja Katolik

Di Gereja Katolik, memang ada tradisi pemberkatan hewan peliharaan. Tradisi tersebut termasuk dalam Sakramentali, yaitu benedictiones invocative, artinya berkat yang diberikan tidak mengalami perubahan status dan tujuan dari yang diberkati. Hewan yang diberkati imam tidak berarti menjadi hewan suci, melainkan memperoleh karunia rohani, seperti perlindungan dari Allah, yang dimohon oleh Gereja melalui ibadat atau upacara Sakramentali.

Benedictiones invocative adalah kata bahasa Latin yang memiliki makna seruan yang berisi permohonan berkat. Pemberkatan sakramentali jenis ini tidak mengubah status atau tujuan penggunaan dari yang diberkati. Tujuan dari pemberkatan ini adalah agar yang diberkati memperoleh perlindungan Tuhan dan/atau dapat digunakan bagi kemuliaan Tuhan serta membantu keselamatan jiwa kita.
Contoh pemberkatan bentuk ini:

  1. Untuk manusia: berkat sebelum perjalanan, berkat salib pada dahi anak, pemberkatan jenasah, pemberkatan keluarga, pemberkatan suami-isteri, pemberkatan anak-anak dalam keluarga oleh orang tua, pemberkatan orang yang bertunangan, pemberkatan Ibu yang akan melahirkan, pemberkatan anak sekolah.
  2. Untuk barang, benda atau hewan: pemberkatan rumah, toko, bengkel, gedung (apa pun), alat transportasi, sawah, benih, alat-alat pertanian, pertukangan, kedokteran, ternak, kandang.

Berikut ini adalah contoh doa pemberkatan kendaraan bermotor:

“Allah dan Tuhan kami, kami menghadap hadirat-Mu dan mohon kepada-Mu: sudilah memberkati kendaraan ini dan lindungilah semua orang yang menggunakannya terhadap segala kecelakaan dan malapetaka. Berilah agar di tengah-tengah lalu-lintas di jalan-jalan, kami selalu penuh rasa tanggungjawab.
Jadikanlah kami orang-orang yang penuh perhatian dan rela membantu. Semoga kendaraan ini membantu kami dalam mendatangkan kerajaan cinta kasih-Mu. Semoga dalam segala-galanya, khususnya dalam menggunakan kendaraan ini, kami menjadi saksi-saksi-Mu. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.” Amin

Berkat yang berisi permohonan seperti ini amat berarti bagi kita untuk membina iman, pengharapan dan kasih kita.

Dibahasakan kembali berdasarkan buku Renungan Bulan Katekese Liturgi, 2015, hlm 14-15 atas ijin penulisnya. + I. Suharyo – Uskup Keuskupan Agung Jakarta.

Berdasarkan pemberitaan Majalah HIDUP, sejumlah Paroki di Keuskupan Agung Jakarta pernah melakukan kegiatan Pemberkatan Satwa antara lain: Paroki St Fransiskus Asisi, Tebet; Paroki Trinitas, Cengkareng; Paroki St Helena, Curug; Paroki Regina Caeli, Pantai Indah Kapuk.

Menurut Romo Sutrisno, imam yang ditahbiskan pada 19 Juli 2016, hewan peliharaan,  merupakan sahabat dan saudara manusia di bumi. Kita diberi mandat untuk menjaga dan merawat hewan-hewan itu, yang merupakan ciptaan Tuhan.

Romo Sutrisno berharap, cinta dan perhatian kepada hewan tidak hanya mereka yang memilikinya, tetapi harus menjadi awal serta latihan untuk mencintai semua makhluk hidup, termasuk tetumbuhan. Selain itu, umat bisa semakin peka dan terdorong untuk mencintai lingkungan hidup lewat praktik hidup tiap hari, misal tak membuang sampah sembarangan.

Berbeda dengan Pemberkatan Flora dan Fauna di tempat lain, kegiatan yang digelar dalam rangka HUT Ke-53 Paroki St Theresia Bongsari Semarang digelar secara Drive Thru

Sejumlah mobil dan motor antre memasuki halaman SD Kanisius Kurmosari, Semarang, Minggu (10/10/2021). Bukan mengantar anak sekolah, melainkan untuk mengikuti acara pemberkatan. Satu persatu mobil dan motor yang di dalamnya membawa flora dan fauna bergiliran menuju tempat pemberkatan.

Para penumpang ada yang membawa anjing, kucing, burung dan tanaman miliknya untuk diberkati secara bergiliran tetap di mobil atau motornya. Menurut Pastor Kepala Paroki St. Theresia Rm Eduardus Didik Chahyono SJ, pemberkatan hewan dan tumbuhan mendapat tempat dalam tradisi Gereja Katolik untuk mengingatkan bahwa kita memiliki  tugas untuk  menjaga dan melestarikan keutuhan ciptaan Tuhan.

Melalui pemberkatan ini, umat diajak belajar menghayati semangat Santo Fransiskus dari Asisi Italia, Orang Kudus Katolik. Santo Fransiskus Asisi memiliki kedekatan relasi dengan hewan dan tumbuhan. Santo Fransiskus memanggil mereka dengan istilah saudara dan saudari.

Fransiskus Asisi ialah pendiri Ordo Fratrum Minorum atau atau dalam literasi disebut ordo Saudara-saudara Hina Dina. Bagi umat Katolik, Fransiskus Asisi menjadi figur yang begitu dihormati. Dia yang dilahirkan di kota Assisi, Italia pada tahun 1181 semasa hidupnya memiliki sifat yang sederhana, murah hati dan punya kemampuan luar biasa karena dapat berbicara dengan sejumlah binatang. Tak heran sampai saat ini umat Katolik menaruh hormat terhadap Fransiskus Asisi

Pandemi Covid- 19 ini juga mengajarkan kita untuk lebih memperhatikan keadaan dan kebersihan alam semesta. Salah satunya dengan mengadakan pemberkatan Satwa Digelar Secara Drive Thru ini.

Kita semua diundang memperlakukan hewan dan tumbuhan secara tepat agar keseimbangan alam semesta ini berlangsung harmonis dan nyaman untuk kita tinggali bersama.

Acara ini diikuti sedikitnya 100 peserta dari berbagai warga di Kota Semarang dan sekitarnya. Kegiatan ini juga melibatkan Satuan K-9 Polda Jateng, Griya Satwa Lestari, SD Kanisius Kurmosari dan para relawan.

  • Ajian Saifi Angin (Sepiangin), Sarana Teleportasi Jaman Dulu

    Bicara soal ilmu kebatinan, ternyata ada banyak sekali jumlahnya di Indonesia, khusunya di tanah Jawa. Salah satu dari ilmu kebatinan yang melegenda yaitu bernama Saifi Angin. Ilmu ini diyakini dapat meringankan tubuh penggunanya sehingga bisa berlari atau berpindah tempat dengan sangat cepat bak angin.
  • Batu Kursani, Wesi Towo Versi Melayu

    Besi Kersani, kursani atau kuraisani (bahasa dan budaya Melayu lama) adalah istilah yang digunakan oleh para penggemar benda pusaka di Indonesia dan Malaysia. Seperti yang dikisahkan dalam Naskah Melayu tua, yang ditemukan di Tanjung Tanah, Kabupaten Kerinci. Naskah itu berisi undang-undang Raja Aditiawarman untuk daerah tersebut.
  • Pelihara Kucing, Salah Satu Cara Mengusir Tokek Dari Rumah

    Tokek adalah hewan reptil yang bentuk tubuhnya menyerupai cicak, namun ukurannya lebih besar sehingga cukup menakutkan. Sama seperti cicak, tokek juga dapat memutuskan atau menumbuhkan ekornya sendiri. Termasuk hewan pemberani, Tokek tak kan ragu menunjukkan keberadaannya pada penghuni rumah. Meski tak terlalu berbahaya, kehadiran tokek dirasa mengganggu. Apalagi saat tokek mengeluarkan suaranya yang nyaring, bisa bikin tidur jadi tidak nyenyak. Oleh sebab itu, banyak yang tidak menyukai…
  • Silsilah Keluarga Nomor 30, MAS ADJENG WONODJOIO

    Mas Adjeng Wonodjoio, pepoetra: Sasilah, Soeprobo, Soeligi (Wirjodidjoio), Soepeni, Soewarno, (Widjoioredjo), Soemardi, (Pawirodidjoio), Soedarmo (Kartodikromo), Soemarmi, Soedarni, Soetompo, Soeparni, Soegono, Soemarto, Mas Soeparno, Sari, Mas Soedono Wonodjojo.